Balapan Liar, 60 Sepeda Motor Dikandangkan
Sabtu, 6 September 2008 | 20:22 WIB
JAKARTA, SABTU - Dalam sepekan puasa, Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya telah mengandangkan 60 sepeda motor yang terlibat balapan liar. Dengan kekuatan 200 anggotanya, setiap hari polisi menilang 180 para pelaku kebut-kebutan.
”Sejak hari pertama puasa, kami sudah melakukan operasi pemberantasan balap liar. Hasilnya, setiap hari kami menilang 180 pelaku kebut-kebutan. Sebanyak 60 sepeda motor diantaranya kami tahan karena tidak lengkap surat-suratnya atau tidak memenuhi persyaratan operasional. Jumlah tersebut kami peroleh dalam sepekan pertama ini,” tutur Direktur Lantas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Djoko Susilo dalam acara buka puasa bersama seluruh anggota Lantas Polda Metro, Sabtu (6/9).
Ketika ditanya, dari 60 sepeda motor, berapa jumlah sepeda motor curiannya, ia menjawab, ”Baru jelas setelah dua pekan sejak penangkapan”.
"Tapi diantara puluhan sepeda motor itu, biasanya ada yang ilegal, tunggu saja,” ucapnya.
Djoko menjelaskan, operasi dilakukan setiap hari sejak selesai tarawih sampai dinihari. ”Seperti yang sudah-sudah, para pembalap liar ini kucing-kucingan dengan petugas. Arena kebut-kebutan berpindah-pindah. Tapi tetap mudah tercium petugas karena arena selalu ditandai berkerumunnya penonton di tepian jalan yang digunakan sebagai arena balapan liar,” tuturnya.
Jumat malam lalu, dalam sebuah operasi yang digelar pukul 23.00 hingga dini hari, 128 sepeda motor ditilang. Dari jumlah itu 12 sepeda motor dikandangkan. Menurut Kepala Seksi Penindakan dan Pelanggaran Ditlantas Polda Metro, Komisaris Nurul Megawati, ada lima lokasi di Jakarta yang dijadikan arena balap liar. Kelima lokasi itu adalah Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jalan HBR Mufid (Jakarta Pusat), Jalan RE Martadinata (Jakarta Utara); Jalan Panjang (Jakarta Barat), Jalan Pasar Minggu (Jakarta Selatan), dan lingkungan Klender, Duren Sawit (Jakarta Timur).
Hasil operasi menyebutkan, sebanyak 23 pengemudi sepeda motor tidak membawa surat izin mengemudi, sebanyak 93 lainnya tidak membawa surat tanda nomor kendaraan. Sebanyak 54 orang tidak memakai helm, sebanyak 48 pengemudi tidak membawa surat-surat sama sekali, dan 26 pemuda lainnya tidak melengkapi sepeda motor yang dikendarai dengan perlengkapan semestinya.
PENGGREBEKAN TERORIS
Densus 88 Berhasil Menggrebek 2 Sarang Teroris
Pada tanggal 7 Agustus tim Densus 88 berhasil melakukan penggrebekan 2 sarang teroris yaitu 1 di Jatiasih, Bekasi dan satu lagi di Kedu, Temanggung Jawa Tengah. Penggebrekan di Temanggung menjadi sorotan dunia Internasional karena di sana yang digrebek adalah seorang teroris paling dicari di Indonesia selama bertahun-tahun yaitu Noordin M Top.
Saya sendiri mengikuti proses penggrebekan di Temanggung melalui TV yg dilaporkan secara langsung mulai dari sore hari kemarin. Proses penggrebekan sendiri berlangsung sangat menegangkan dan panjang. Waktu yang dibutuhkan sampai berakhirnya penggrebekan kira-kira 17 jam-an.Setelah dari sore hari hingga larut malam terjadi beberapa kali tembak-menembak dengan aparat dan tidak mendapatkan kemajuan berarti, pada pagi hari tim Densus 88 mengirimkan 2 buah robot masuk kedalam rumah yg diduga dihuni oleh Noordin M Top untuk mengetahui situasi yang ada di dalam rumah dan juga untuk mengetahui kalo-kalo ada bom di dalam rumah tersebut.
Setelah selesai memantau keadaan di dalam rumah tersebut, tim Densus 88 baru mulai Agresif untuk masuk kedalam rumah dengan menggunakan sejumlah Bom berdaya ledak rendah untuk membuka akses lebih luas untuk masuk kedalam rumah dan serentetan tembakan yang di tujukan ke rumah tersebut, khusunya bagian kamar mandi dimana diduga Noordin M Top berada setelah ruangan lainnya di ledakan dengan bom. Sempat etrdengan jeritan tersangka yang kemungkinan terkena tembakan petugas. Setelah perjuangan yang cukup lama, pada sekitar pukul setengah sebelas akhirnya petugas berhasil menewaskan Noordin M Top
Konflik Israel dan Palestina
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza berada di pusat konflik Israel-Palestina.Konflik Israel-Palestina, bagian dari konflik Arab-Israel yang lebih luas, adalah konflik yang berlanjut antara bangsa Israel dan bangsa Palestina.
Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekular yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Daftar isi [sembunyikan]
1 Sejarah
1.1 Hingga 1949
1.2 1949-1967
1.3 1967-1993
1.4 1993-sekarang
2 Lihat pula
2.1 Etnisitas
2.2 Agama
2.3 Geografi
2.4 Tempat-tempat penting
2.5 Ideologi dan gagasan
2.6 Laporan media
2.7 Organisasi dan angkatan bersenjata
2.8 Tokoh
2.9 Konflik-konflik terkait
3 Referensi
4 Bacaan lebih lanjut
5 Pranala luar
Sejak Persetujuan Oslo, Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina secara resmi telah bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara. Masalah-masalah utama yang tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini adalah:
Status dan masa depan Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur yang mencakup wilayah-wilayah dari Negara Palestina yang diusulkan.
Keamanan Israel.
Keamanan Palestina.
Hakikat masa depan negara Palestina.
Nasib para pengungsi Palestina.
Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib para penduduk pemukiman itu.
Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci dan kompleks Tembok (Ratapan) Barat.
Masalah pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948. Masalah Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat dari Perang Enam Hari pada 1967.
Selama ini telah terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan berbagai tingkat intensitasnya dan konflik gagasan, tujuan, dan prinsip-prinsip yang berada di balik semuanya. Pada kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif, dll. Ada pula orang-orang yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang satu atau yang lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul taktik-taktik yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari tujuan-tujuan dari kedua belah pihak. Dan menyebutkan "kedua belah" pihak itu sendiri adalah suatu penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang berbagai partai politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada partai-partai Yahudi Israel.
Mengingat pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas mengenai sifat konflik ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti, mereka yang menganjurkan perlawanan Palestina dengan kekerasan biasanya membenarkannya sebagai perlawanan yang sah terhadap pendudukan militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas Palestina, yang didukung oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S. Banyak yang cenderung memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan serangan-serangan, yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di wilayah Israel itu sendiri.
PLO Al-Fatah Hamas JIP
Lambang-lambang dari organisasi-organisasi utama Palestina termasuk peta wilayah Israel sekarang, Tepi Barat dan Jalur Gaza. (Sejumlah besar penduduk Palestina maupun Israel sama-sama mengklaim hak atas seluruh wilayah ini).
Demikian pula, mereka yang bersimpati dengan aksi militer Israel dan langkah-langkah Israel lainnya dalam menghadapi bangsa Palestina cenderung memandang tindakan-tindakan ini sebagai pembelaan diri yang sah oleh bangsa Israsel dalam melawan kampanye terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Palestina seperti Hamas, Jihad Islami, Al Fatah dan lain-lainnya, dan didukung oleh negara-negara lain di wilayah itu dan oleh kebanyakan bangsa Palestina, sekurang-kurangnya oleh warga Palestina yang bukan merupakan warga negara Israel. Banyak yang cenderung percaya bahwa Israel perlu menguasai sebagian atau seluruh wilayah ini demi keamanannya sendiri. Pandangan-pandangan yang sangat berbeda mengenai keabsahan dari tindakan-tindakan dari masing-masing pihak di dalam konflik ini telah menjadi penghalang utama bagi pemecahannya.
Sebuah poster gerakan perdamaian: Bendera Israel dan bendera Palestina dan kata-kata Salaam dalam bahasa Arab dan Shalom dalam bahasa Ibrani. Gambar-gambar serupa telah digunakan oleh sejumlah kelompok yang menganjurkan solusi dua negara dalam konflik ini.Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 "reservasi". Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh "kehadiran sipil dan militer... yang permanen" di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan "mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza." Pemerintah Israel berpendapat bahwa "akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan," sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel "akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok [artinya, Penghalang Tepi Barat Israel] dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini" [1] [2].
Dengan rencana pemisahan diri sepihak, pemerintah Israel menyatakan bahwa rencananya adalah mengizinkan bangsa Palestina untuk membangun sebuah tanah air dengan campur tangan Israel yang minimal, sementara menarik Israel dari situasi yang diyakininya terlalu mahal dan secara strategis tidak layak dipertahankan dalam jangka panjang. Banyak orang Israel, termasuk sejumlah besar anggota partai Likud -- hingga beberapa minggu sebelum 2005 berakhir merupakan partai Sharon -- kuatir bahwa kurangnya kehadiran militer di Jalur Gaza akan mengakibatkan meningkatnya kegiatan penembakan roket ke kota-kota Israel di sekitar Gaza. Secara khusus muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok militan Palestina seperti Hamas, Jihad Islami atau Front Rakyat Pembebasan Palestina akan muncul dari kevakuman kekuasaan apabila Israel memisahkan diri dari Gaza.
[sunting] Sejarah
[sunting] Hingga 1949
Deklarasi Balfour 1917
2 November 1917. Inggris mencanangkan Deklarasi Balfour, yang dipandang pihak Yahudi dan Arab sebagai janji untuk mendirikan ”tanah air” bagi kaum Yahudi di Palestina.
Revolusi Arab 1936-1939.
Revolusi Arab dipimpin Amin Al-Husseini. Tak kurang dari 5.000 warga Arab terbunuh. Sebagian besar oleh Inggris. Ratusan orang Yahudi juga tewas. Husseini terbang ke Irak, kemudian ke wilayah Jerman, yang ketika itu dalam pemerintahan Nazi.
Teks 1922: Mandat Palestina Liga Bangsa-bangsa
Mandat Britania atas Palestina
Rencana Pembagian Wilayah oleh PBB 1947
Deklarasi Pembentukan Negara Israel, 14 Mei 1948.
Secara sepihak Israel mengumumkan diri sebagai negara Yahudi. Inggris hengkang dari Palestina. Mesir, Suriah, Irak, Libanon, Yordania, dan Arab Saudi menabuh genderang perang melawan Israel.
Perang Arab-Israel 1948
Persetujuan Gencatan Senjata 1949
3 April 1949. Israel dan Arab bersepakat melakukan gencatan senjata. Israel mendapat kelebihan wilayah 50 persen lebih banyak dari yang diputuskan dalam Rencana Pemisahan PBB.
Exodus bangsa Palestina
[sunting] 1949-1967
Perang Suez 1956
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) resmi berdiri pada Mei 1964. Tujuannya menghancurkan Israel.
Perang Enam Hari 1967
Resolusi Khartoum
Pendudukan Jalur Gaza oleh Mesir
Pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur oleh Yordan
[sunting] 1967-1993
Perjanjian Nasional Palestina dibuat pada 1968, Palestina secara resmi menuntut pembekuan Israel.
1970 War of Attrition
Perang Yom Kippur 1973
Kesepakatan Damai Mesir-Israel di Camp David 1978
Perang Lebanon 1982
Perang Teluk 1990/1
Kesepakatan Damai Oslo antara Palestina dan Israel 1993
13 September 1993. Israel dan PLO bersepakat untuk saling mengakui kedaulatan masing-masing. Pada Agustus 1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya adalah Kesepakatan Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa "memerintah" di kedua wilayah itu. Arafat "mengakui hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai".
28 September 1995. Implementasi Perjanjian Oslo. Otoritas Palestina segera berdiri.
Intifada pertama
[sunting] 1993-sekarang
Kerusuhan terowongan Al-Aqsa
September 1996. Kerusuhan terowongan Al-Aqsa. Israel sengaja membuka terowongan menuju Masjidil Aqsa untuk memikat para turis, yang justru membahayakan fondasi masjid bersejarah itu. Pertempuran berlangsung beberapa hari dan menelan korban jiwa.
18 Januari 1997 Israel bersedia menarik pasukannya dari Hebron, Tepi Barat.
Perjanjian Wye River Oktober 1998 berisi penarikan Israel dan dilepaskannya tahanan politik dan kesediaan Palestina untuk menerapkan butir-butir perjanjian Oslo, termasuk soal penjualan senjata ilegal.
19 Mei 1999, Pemimpin partai Buruh Ehud Barak terpilih sebagai perdana menteri. Ia berjanji mempercepat proses perdamaian.
Intifada al-Aqsa
Maret 2000, Kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa memicu kerusuhan. Masjidil Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci umat Islam. Intifadah gelombang kedua pun dimulai.
KTT Camp David 2000 antara Palestina dan Israel
Maret-April 2002 Israel membangun Tembok Pertahanan di Tepi Barat dan diiringi rangkaian serangan bunuh diri Palestina.
Juli 2004 Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum internasional dan Israel harus merobohkannya.
9 Januari 2005 Mahmud Abbas, dari Fatah, terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina. Ia menggantikan Yasser Arafat yang wafat pada 11 November 2004
Peta menuju perdamaian
Juni 2005 Mahmud Abbas dan Ariel Sharon bertemu di Yerusalem. Abbas mengulur jadwal pemilu karena khawatir Hamas akan menang.
Agustus 2005 Israel hengkang dari permukiman Gaza dan empat wilayah permukiman di Tepi Barat.
Januari 2006 Hamas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi Fatah selama 40 tahun.
Januari-Juli 2008 Ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas. Dunia menuding Hamas tak berhasil mengendalikan tindak kekerasan. PM Palestina Ismail Haniyeh berkeras pihaknya tak akan tunduk.
November 2008 Hamas batal ikut serta dalam pertemuan unifikasi Palestina yang diadakan di Kairo, Mesir. Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah Israel.
Serangan Israel ke Gaza dimulai 26 Desember 2008. Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas. Korban dari warga sipil berjatuhan. [1]
Selasa, 01 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar