Selasa, 01 September 2009

KOMBINASI FAKTA,DATA,INFORMASI GUMILAR

FAKTA

Merebaknya pandemik flu babi di dunia, termasuk di Indonesia, disinyalir terjadi karena ada unsur kesengajaan pihak tertentu dalam mencari keuntungan bisnis. Demikian dikatakan pengamat intelijen, Suripto (Detik News, 13/07).
Dia mengaku pernah bertukar pikiran dengan Menkes Siti Fadillah Suparipada 2008 lalu, saat ramai-ramai kasus flu burung lalu.
“Besar kemungkinannya ini juga ada operasi intelijen bisnis, dari kompetitor perusahaan multinasional yang bercokol di Jerman dan yang di Swiss,” tambah mantan pejabat Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) itu.
Benarkah sinyalemen ini?
Berikut adalah petikan dari situs conspiracyrealitytv.com yang menguraikan fakta-fakta terkait kuat dengan dugaan konspirasi penyebaran virus flu burung dan babi di dunia. Selanjutnya terserah anda untuk memberikan penilaian.
Pengakuan John D. Rockefeller, Pengusaha Pabrik Vaksin AS
Kita akan membicarakan tentang apa yang yang terjadi pada bulan April 1930. Ini dari arsip sejarah yang mudah diverifikasi. Pada bulan April 1930, sebuah perusahaan yang disebut Eli Lilly membuat suatu substansi yang disebut thimerosal, juga diketahui sebagai mercury (air raksa). Thimerosal ini digunakan di dalam vaksin-vaksin yang berbeda sejak 1930-an, atau apa yang disebut suatu adjuvan. Adjuvan adalah sesuatu yang didefinisikan bahan yang meningkatkan efektivitas per bagian virus atau bakteri yang terdapat di dalam vaksinasi.
Sekarang aku perlu untuk memberi anda sedikit latar belakang Ely Lilly, pendiri-pendiri Eli Lilly, atau orang-orang yang duduk di dewan direktur pada waktu itu. Kita tengok dan perhatikan para direktur Eli Lilly, dan kita menemukan seorang laki-laki bernama Prescott Bush, yang adalah ayah dari George Herbert Walker Bush (Presiden AS ke-41) atau kakek dari George Walker Bush (Presiden AS ke-43). Kita menemukan juga Prescott Bush itu mempunyai sejumlah orang sangat yang menarik yang duduk di perusahaannya pada waktu itu. Ayah Wakil Presiden George H.W. Bush, Dan Quayle, keluarga Quayle juga duduk dalam dewan direktur pada waktu itu di Eli Lilly. Eli Lilly dalam tahun 1930 mempublikasikan satu rangkaian eksperimen pada produk thimerosal ini. Dan ketika aku ditunjukkan dan melihat hasil-hasil dari riset thimerosal ini aku tidak dipercaya dan terheran-heran. Mereka menyuntikkan thimerosal ke tubuh 22 orang pengidap meningitis spinal (radang selaput otak sumsum tulang belakang), dan semua mati seketika. Namun kemudian Eli Lilly menerbitkan hasil riset tersebut, dan klaim mereka thimerosal itu, yang adalah 50% racun mercury yang berat, sepenuhnya aman. Sejak itulah langkah awal dimulai. Saya menghubungkan di sini, kakek George W. Bush, Prescott Bush, menjadi periset paling pertama dari thimerosal dan vaksinasi-vaksinasi sebelum 1930.
Dalam 1972 aku menemukan Organisasi Kesehatan Dunia, juga yang dikenal sebagai WHO. Hal ini mengacu pada penciptaan suatu virus yang kebal, dan menyatakan bahwa bermanfaat untuk belajar pengaruh itu seperti dikutip “untuk menaruh virus ini ke dalam program vaksinasi di seluruh negara dan mengamati hasilnya”. Banyak orang, banyak ahli biokimia yang sudah kuajak berbicara, berteori bahwa WHO menggunakan program vaksinasi cacar di Central Africa pertama-tama untuk riset ini, dan dari sanalah berawal penyebaran infeksi HIV. Hal itu bersamaan waktunya dengan kampanye vaksinasi cacar yang paling baru dan intens. Maka aku di sini mengatakan kepada anda semua bahwa dalam tahun 1972, percobaan penyakit cacar telah mengarahkan kepada perjangkitan HIV/AIDS yang sekarang ini telah membinasakan Afrika dan menjadi masalah di Amerika. Permintaan virus lagi di tahun 1972 ini, dikatakan permintaan virus kembali akan dengan selektif menghancurkan sistem T-sel manusia. Dan izinkan saya mengatakan bahwa tepatnya apa yang disebut penghancuran kekebalan tubuh manusia oleh virus HIV sedang dimulai.
Dan kita juga perlu untuk membicarakan dengan singkat tentang apa yang terjadi pada bulan Desember 1976 untuk membuat tahap untuk apa yang disebut hoax flu burung. Kita perlu juga melihat kembali pada sesuatu yang disebut hoax flu babi yang terjadi pada bulan Desember 1976. Pada Fort Dix New Jersey, seorang prajurit AS meninggal, seorang prajurit meninggal, Pusat Kontrol Penyakit pada waktu itu melaporkan kepada warga AS dan masyarakat dunia melalui media yang sudah dikendalikan, bahwa bangsa Amerika sedang berada dalam bahaya berhadapan dengan pandemik flu babi yang bisa menewaskan jutaan orang di AS. Lalu apa terjadi, hal yang tepat yang aku ingin uraikan secara singkat apa yang sedang terjadi hari ini telah terjadi pada tahun 1976 yang lampau. Pusat AS untuk Kontrol Penyakit dikerahkan, mulai membeli dosis-dosis mahabesar dari vaksinasi flu babi untuk menyuntik semua orang Amerika sebanyak mungkin. Berjuta-juta dolar dibelanjakan oleh pemerintah AS dan memperkaya kartel farmasi untuk vaksinasi flu babi ini.
Ujung-ujungnya demi keamanan nasional, yang dengan mengagumkan menganugerahkan keistimewaan kepada Eli Lilly, Sanofi Pasteur dan semua pabrikan lain yang memproduksi vaksin-vaksin. Di balik itu WHO juga didanai oleh sponsor besar seperti Rockefeller Foundation, Arungan Foundation, dan Rothschild Group di London, yang secara mutlak mengontrol populasi-populasi untuk tujuan-tujuan politik tertentu di seluruh dunia. Sedikit pun tidak ada keraguan dalam pikiranku. Aku dapat meneruskan setengah jam beirkutnya untuk menunjukkan program-program spesifik yang dirancang untuk membunuh sejumlah besar orang, dan itu dikerjakan dalam setiap kasus tunggal, dengan pertolongan perkenalan vaksinasi. Kita dapat melihat sebuah pola, sebuah modus operandi, di dalam kasus ini. Perkenalkan satu jenis vaksin kepada pusat-pusat populasi yang tidak menaruh curiga, sebabkan penyakit meluas, kematian meluas, kepanikan meluas, kekacauan meluas, dan lalu mereka masuk perangkap dan agenda telah diselesaikan. Itu adalah skenario reaksi terhadap masalah sama yang tua. Mereka menciptakan masalah, mereka mendikte tanggapan dan lalu mereka menentukan tindakan yang telah buat.
Izinkan saya menyampaikan hal ini. Ketakutan, panik, dan teror sebagian besar disebabkan oleh ketidaktahuan. Saudaraku, sebuah permasalahan haruslah sepenuhnya dipahami, saya menyampaikan ada sedikit ketertarikan dan sedikit ketakutan. Dan izinkan saya menekankan bahwa akar kata dari pandemik adalah kata panik. Panik dan pandemik adalah bersinonim.
Untuk pertama kali orang Amerika dipanggil untuk mengabdi, dimobilisasi untuk masuk ke dalam wajib militer, dan lalu dikirim untuk pelatihan di pangkalan militer di Spanyol. Ini adalah sangat penting untuk dipahami. Untuk pertama kalinya dalam sejarah AS, semua calon tentara yang baru, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Marinir, Angkatan Udara; semua calon tentara yang baru wajib diberi vaksinasi. Salah satunya adalah vaksinasi influensa yang sangat luas. Sekarang, para tentara ini tidak mempunyai pilihan. Apakah mereka mau divaksinasi atau dipenjara 5 sampai 10 tahun tanpa kebebasan. Tragedi bagi saya, seorang pengusaha pabrik dari vaksin yang dipaksakan, seorang manusia yang bernama John D. Rockefeller yang membuat – secara harfiah – berjuta-juta dolar-dolar dalam penjualan vaksin kepada pemerintah AS.
Perusahaan Farmasi Baxter "Tanpa sengaja" Mengirim Vaksin Flu Burung yang Terkontaminasi ke 18 Negara
Perusahaan (Baxter) yang melepaskan bahan virus flu yang terkontaminasi dari sebuah pabrik di Austria dikonfirmasi Jumat yang mana produk percobaan berisi virus-virus flu burung H5N1 yang hidup. Seorang pejabat WHO yang beroperasi di Eropa mengatakan badan itu memonitor dari dekat penyelidikan pada fasilitas riset milik Baxter International di Orth-Donau, Austria. Produk yang dicemari adalah suatu campuran dari virus-virus influensa musiman H3N2 dan virus-virus H5N1 tidak berlabel, yang disuplai untuk sebuah perusahaan riset Austria. Seorang subkontraktor di Republik Czech menyuntik sejenis musang dengan produk itu dan mati. Jenis musang seharusnya tidak mati oleh virus-virus flu H3Ns yang berasal dari manusia. Pelepasan tidak disengaja suatu campuran hidup virus-virus H5N1 dan H3N2 bisa menimbulkan konsekuensi-konsekuensi mengerikan. Proses pencampuran, yang disebut memvariasikan kembali, adalah salah satu dari dua jalan pandemik virus diciptakan. Bisakah flu babi telah dibuat oleh manusia? Kalau anda memperhatikan peristiwa di atas, pasti anda akan berpikir seperti itu.

Perjangkitan flu babi tahun 2009: Laporan khusus oleh Dr. Leonard Horowitz mencakup industri vaksin untuk genocide
Hallo, saya Dr. Leonard Horowitz, dan ini adalah satu buletin berita mendesak tentang satu jenis flu baru yang disebutkan membuat perjalanannya dari Mexico ke memasuki Amerika Serikat (AS) seperti aku menyiarkannya. Sejumlah stok roket udara di Novavax, Inc. mempercepat berlusin-lusin kematian akibat influensa di Mexico yang mencakup suatu jaringan Anglo-American yang terkemuka dari insinyur-insinyur genetika dalam suatu komplotan untuk melakukan genocide (pemusnahan manusia). Dr. James S. Robertson, insinyur biologi terkemuka dari Inggris di bidang virus-virus influensa untuk industri vaksin. Sebuah badan penyelenggara yang aktif dari lembaga pendanaan pemerintah AS untuk kontrak pertahanan biologi yang menguntungkan, di samping dengan partner-partner pada Pusat AS untuk Kontrol Penyakit (CDC) menolong Novavax, Inc. di Bethesda Maryland, memproduksi kombinasi ulang yang dimodifikasi secara genetik dari virus flu burung, babi, dan Spanyol, H5N1 dan H1N1 – hampir serupa dengan virus yang menyerang orang Mexico yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sekarang sudah menyebar ke AS.
Perjangkitan itu dilakukan tepat waktu untuk mempromosikan riset perusahaan terbaru dan kontrak-kontrak penimbunan vaksin yang besar. Para ilmuwan di CDC diimplikasi mengadakan kerjasama-kerjasama dan publikasi-publikasi yang disertai kontrak pribadi dengan Novavax Inc., sebuah perusahaan yang memperoleh dalam tanda kutip “produk-produk obat biofarma resmi” melalui direktur bagian influensa CDC, Ruben O. Donis dan Dr. Rick Bright yang sebelumnya bekerja dengan Donis di CDC, tapi sekarang sebagai wakil ketua Novavax bidang program-program influensa global.
Bukti adanya konspirasi ini untuk melakukan duplikasi mematikan di dalam industri vaksin termasuk penanda genetik pada virus influensa asli, yang sekarang menyebar dari Mexico ke Amerika. Virus itu dalam tanda kutip “secara genetik berbeda dari virus flu musiman H1N1 yang menyerang manusia secara penuh yang sedang bersirkulasi secara global selama beberapa tahun yang lalu” demikian Reuters dan pejabat berkata. Virus influensa yang baru berisi DNA tipe virus unggas, babi dan manusia. Termasuk unsur-unsur dari virus-virus flu babi dari orang Eropa dan Asia. Ini adalah suatu uraian tentang tanda-tanda kehadiran dan diagnosa virus yang datang dari lingkaran pertemanan Robertson. Tidak ada kelompok lain di dunia ini yang mengambil H5N1 Asian influensa yang diinfeksikan kepada ayam, membawanya ke Eropa, mengekstrak DNA-nya, mengkombinasikan protein-proteinnya dengan virus-virus H5N1 dari tahun 1918 flu Spanyol yang terpisah, menambahkan pula tambahan yang dicampurkan dengan gen-gen flu babi dari babi-babi, lalu merekayasa balik virus-virus itu untuk menginfeksi manusia. Produk akhir seperti diuraikan oleh Reuters hanya bisa berakhir, di Mexico melalui Amerika Serikat dari Inggris oleh CDC. Ruben Donis di CDC harus sudah mengirim virus-virus itu ke Novavax di mana regu Rick Bright, sekarang diimplikasikan dalam sebuah konspirasi untuk melakukan genocide, pembunuhan massal terhadap orang-orang untuk profit bisnis semata, seperti beberapa penjelasan sebelumnya.






DATA

DEFINISI KASUS
• Kasus Suspek
Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam (temp > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah satu keadaan;
1. seminggu terakhir mengunjungi petemakan yang sedang berjangkit klb flu burung
2. kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan
3. bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung

• Kasus "Probable"
Kasus "probale" adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan;
1. bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A (H5N1), misal : Test HI yang menggunakan antigen H5N1
2. dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonialgagal pernafasan/ meninggal
3. terbukti tidak terdapat penyebab lain

• Kasus Kompermasi
Kasus kompermasi adalah kasus suspek atau "probale" didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium;
1. Kultur virus influenza H5N1 positip
2. PCR influenza (H5) positip
3. Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali
GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang ditemui seperti gejala flu pada umumnya, yaitu; demam, sakit tenggorokan. batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas. Dalam waktu singkat penyakit ini dapat menjadi lebih berat berupa peradangan di paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian.

ETIOLOGI DAN SIFAT
Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu; dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit.

Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain.

Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas.

Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.

MASA INKUBASI
Masa inkubasi virus influenza bervariasi antara 1 ? 7 hari.

SUMBER DAN CARA PENULARAN
Penularan Flu burung (H5N1) pada unggas terjadi secara cepat dengan kematian tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas satu pertenakan, bahkan dapat menyebar dari satu pertenakan ke peternakan daerah lain.

Sedangkan penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas terserang Flu Burung. Adapun orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang flu burung (H5N1) ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas.

Hal lain, belum ada bukti terjadi penularan dari manusia ke manusia. Disamping itu, belum bukti adanya penularan pada manusia melalui daging unggas yang dikonsumsi.

UPAYA PENCEGAHAN
Upaya pencegahan penularan dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan tindakan sebagai berikut :
• Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata renang)
• Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus ditatalaksana dengan baik ( ditanam / dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.
• Alat-alat yang dipergunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan
• Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
• Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 80°C selama 1 menit, sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 64°C selama 5 menit.
• Melaksanakan kebersihan lingkungan.
• Melakukan kebersihan diri
Sumber : Departemen Kesehatan RI





INFORMASI

Virus H1N1 Kalahkan Virus Flu Lain

/Rabu, 2 September 2009 | 11:30 WIB
KOMPAS.com - Kekhawatiran akan terjadinya "koalisi" virus A-H1N1 dengan virus influenza strain lainnya ternyata tidak terbukti. Riset terkini membuktikan, bila virus H1N1 dimasukkan dalam ruangan yang berisi strain virus influenza lain, mereka tidak akan bergabung menjadi virus baru karena virus H1N1 akan mengambil alih dominasi.

Demikian hasil riset terbaru yang dilaporkan para peneliti dari Universitas Maryland, AS. Dalam penelitiannya para peneliti menginfeksi hewan sejenis musang dengan virus H1N1. Meski tidak terjadi koalisi virus, tapi hewan yang terinfeksi dua jenis virus flu tersebut mengalami gejala yang parah dan lebih mudah menularkan virus, atau yang oleh para peneliti disebut sebagai virus H1N1 2009.

Dari hasil penelitian ini, tak heran bila kini virus H1N1 menjadi strain virus influenza yang paling dominan di dunia. Para peneliti juga tak terlalu khawatir lagi virus yang bergabung dan bermutasi menjadi virus baru yang lebih ganas. Kini yang jadi perhatian para ahli adalah bagaimana virus H1N1 ini dengan cepatnya menyebar ke berbagai negara.

"Hasil studi ini menunjukkan bagaimana virus H1N1 2009 mengungguli virus influenza lainnya dan menjadi lebih mudah menular. Meski penelitian ini masih awal, namun menegaskan perlunya vaksinasi virus flu segera," kata Dr Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease, AS.

Meski tidak terbukti adanya koalisi virus influenza, namun Kepala Laboratorium Flu Burung Universitas Airlangga, Surabaya, CA Nidom, mengatakan yang perlu dikhawatirkan adalah koalisi antara virus flu A-H1N1 dengan virus H5N1.

Bila terjadi koalisi dua virus itu, dikhawatirkan muncul virus baru yang sangat ganas dan mudah menular. Karena itu Nidom berpendapat pemerintah seharusnya mulai melakukan pemetaan daerah mana yang memungkinkan terjadi koalisi kedua virus itu (Kompas, 17 Juli 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar