Sabtu, 12 September 2009

KEBUDAYAAN INDONESIA YANG DI KLAI MALAYSIA

Fakta :

Kekayaan RI banyak yang mengalir ke Malaysia. Tak hanya warisan budaya berupa tarian adat dan peninggalan sejarah yang ”dirampas”, kebun sawit milik petani pun diakuisisi secara masif oleh investor Malaysia.


Menurut data Association of Plantation Investors of Malaysia in Indonesia (Apimi), investor Malaysia telah menguasai kebun sawit milik rakyat Indonesia hingga 2,1 juta hektar (ha) atau lebih besar dari kebun rakyat milik petani sekitar 1,8 juta ha. Ini mengancam RI sebagai produsen terbesar minyak sawit (crude palm oil/CPO).

Departemen Pertanian (Deptan) berjanji akan menertibkan kepemilikan lahan sawit yang ditengarai banyak berpindah tangah kepada pemodal Malaysia secara ilegal ini. Tak hanya itu, di tengah banyaknya industri plywood dalam negeri gulung tikar karena kekurangan bahan baku, Malaysia menadah ekspor kayu gelondongan ilegal dari RI. Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi mengatakan, daerah perbatasan Kalimantan dan Malaysia merupakan ajang penebangan liar para cukong kayu. ”Anehnya, negara penadah kayu ilegal dari hutan RI ini justru mendapat predikat sebagai pelestari lingkungan, sebaliknya RI dikenal sebagai pembabat hutan alam,” katanya.

Masih panjang daftar aksi pebisnis Malaysia dan political will dari pemerintah negeri jiran itu yang merugikan Indonesia. Untuk itu, pemerintah diminta mengambil sikap tegas agar kekayaan sumber alam dan warisan budaya RI tidak terus mengalir ke Malaysia secara tidak layak. Caranya dengan mematenkan warisan budaya RI dan menertibkan akuisisi lahan secara ilegal yang kini disinyalir telah mencapai 30% dari perkebunan sawit RI seluas 6,7 juta ha. Demikian rangkuman wawancara Investor Daily dengan mantan Dubes RI untuk PBB Makarim Wibisono, pengamat intelijen Wawan Purwanto, Dosen Pasca-sarjana UI jurusan Hubungan International Bantarto Bandoro, pengamat Pariwisata dan Direktur Lembaga Pengembangan Informasi Diyak Mulahela, perancang batik Josephine Werratie, dan Kepala Pusat Informasi & Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudhar)

Data :


Berikut ini adalah daftar beberapa kebudayaan ASLI Indonesia yang diklaim atau dicuri oleh oknum/pemerintah Malaysia sebagai kebudayaan negeri jiran dan digunakan untuk kepentingan komersial Malaysia.

1. Naskah kuno dari Riau, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
2. Naskah kuno dari Sumatera Barat, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
3. Naskah kuno dari Sulawesi Selatan, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
4. Naskah kuno dari Sulawesi Tenggara, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
5. Rendang (makanan) dari Sumatera Barat, Klaim oleh Warga Negara Malaysia.
6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
8. Lagu Soleram dari Riau, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
9. Lagu Injit Injit Semut dari Kalimantan Barat, Klaim sepihak oleh pemerintah
Malaysia
10. Alat musik Gamelan dari Jawa, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
11. Tari kuda lumping dari Jawa Timur, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
12. Tari Piring dari Sumatera barat, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
13. Lagu Kakak Tua dari Maluku, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara, Klaim sepihak oleh pemerintah
Malaysia
15. Motif Batik Karang dari Yogyakarta, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
16. Badik Tumbuk Lada, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.
17. Kain Ulos, Klaim tidak jelas dari oknum/pemerintah Malaysia.
18. Alat musik Angklung, Klaim sepihak dari pemerintah Malaysia.
19. Lagu Jali-Jali, Klaim sepihak dari pemerintah Malaysia.
20. Tari Pendet dari Bali, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.


Informasi :

Negara tetangga kembali berulah dengan melakukan klaim terhadap kebudayaan kita lagi. Kali ini yg menjadi sasaran adalah tari pendet asal Bali. Mereka menggunakannya utk iklan pariwisata malaysia. Setelah mereka “mengirim” teroris ke Indonesia, sekarang mereka mau “mencuri” kebudayaan Indonesia. Huh.. :(. Mereka begitu jeli memanfaatkan situasi dimana sebagian besar rakyat Indonesia sudah tidak begitu memperhatikan kebudayaannya sendiri. Situasi dimana rakyat Indonesia lebih bangga jika menggunakan yg berbau luar dan asing. Situasi dimana, kebudayaan2 tersebut sudah jarang dan hampir punah mungkin dari bumi pertiwi, dikarenakan hanya sedikit orang yg mau tetap melestarikannya. Saya masih ingat, ketika kecil kita sering bermain kuda lumping, dakon, gobak sodor dll. Tapi sekarang, anak2 lebih suka dengan Play Station, bermain ke Time Zone, nonton TV acara2 yg ngga bermutu. Media televisi, juga dengan latahnya mengikuti trend ini. Praktis, mungkin hanya TVRI yg cukup konsisten menayangkan acara budaya2 Indonesia, disamping TV2 lokal tentunya. Dan itupun pemirsanya cuman sedikit.

Ini menjadi cambuk bagi kita untuk instropeksi, disamping memang ulah negara sebelah yg kelewat batas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar